Rawat Cagar Budaya? Kita juga Bisa!
Selasa, November 19, 2019
Banyak yang beranggapan kalau traveling itu indentik dengan
pengeluaran yang besar. Nggak selalu begitu, kok! Kalau jalan-jalannya ke
tempat wisata alam atau museum, dijamin nggak membuat dompet kempes. Saya suka
jalan-jalan ke museum atau situs yang memiliki nilai budaya. Tahun lalu saya
menyempatkan diri mampir ke Candi Borobudur.
narsis dulu biar nggak dibilang hoax |
Pertama kali saya ke Candi Borobudur pada saat usia balita, jadi
nggak punya memori sama sekali. Tentu saya antusian melihat kemegahan candi dan
keindahan alamnya. Menaiki tangga dengan tertib, saya melongo sambil berpikir…
“Kok bisa nempel
begini, ya?”
“Jaman sekarang,
tembok rumah gampang retak lewat berapa tahun.. Ini masih kokoh..”
“Kok warna
batunya beda?”
Saat itu saya biarkan pertanyaan di atas pergi dari pikiran untuk
fokus memanjakan mata. Sampai saya kaget dengan suara teriakan petugas keamanan
dari jauh..
“Kakak yang pakai
baju merah, Tolong jangan memanjat di
sana!”
Saya tidak sempat melihat orangnya, tapi saya dengar dari orang di
dekat saya kalau ada yang keasyikan foto sambil memanjati bagian candi.
Walaupun kokoh tapi kalau banyak pengunjung yang seenaknya bisa merusak, juga
bisa membahayakan diri dan sekitar juga.
Beberapa saat kemudian, petugas keamanan mengajak pengunjung untuk
lebih hati-hati, menjaga Candi Borobudur dan menjaga kebersihan lingkunan.
Nggak hanya hubungan yang harus dirawat, cagar budaya juga dong! Jangan sampai
cicit-cicit kita mengenal cagar budaya hanya dari buku dan dokumentasi video.
dokpri |
Cagar budaya adalah warisan budaya yang berbentuk kebendaan, mulai
dari benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan yang dijadikan sumber kajian.
Misalnya seperti benda pusaka, perabotan, baju daerah, rumah tradisional,
museum, candi, prasasti dan lain-lain. Nah, bayangkan banyaknya cagar budaya
dari Sabang sampai Merauke.. Kalau tidak dirawat kemungkinan punahnya besar.
Kenapa cagar budaya Indonesia harus dirawat? Agar kita bisa belajar tentang
perkembangan manusia dan kehidupan jaman lampau. Mulai dari tempat tinggal,
pakaian, mesin, barang elektronik dan lainnya. Biasanya murid sekolah yang
mengunjungi museum akan terpukau dengan benda unik di sana, makanya cagar
budaya harus dilestarikan.
Sebelumnya ada beberapa cara melestarikan cagar budaya yakni:
Cara merawat cagar budaya |
·
Perlindungan
·
Pengembangan
·
Pemanfaatan
Perlindungan
Menurut Dr. Supratikno ahardjo, M.Hum (dosen fakultas Ilmu
pengetahuan budaya UI) perlindungan cagar budaya bisa dilakukan dengan
mempertahankan cagar budaya bisa bertahan lebih lama. Dengan perlindungan bisa
mengurangi gejala kerusakan suatu cagar budaya dari factor alam atau manusia.
Pengembangan
Maksud dari pengembangan di sini adalah meningkatkan potensi nilai
akan cagar budaya dengan penelitian agar kita memahami tentang cagar budaya.
Banyak dari kita yang tidak tahu cerita akan candi, prasati, gedung atau
jembatan yang punya nilai sejarah. Bisa juga mengembangkan suatu cagar budaya
dengan kebutuhan saat ini.
Contohnya Café Batavia di kawasan Kota Tua Jakarta, tadinya
bangunan peninggalan Belanda sekarang dijadikan tempat hangout kekinian dan kelestarian
bagunan tersebut terjamin.
Pemanfaatan
Terkadang, pemanfaatan sering dianggap melawan pelestarian suatu
cagar budaya. Padahal dengan pemanfaatan pasti diimbangi dengan perawatan, misalnya
museum yang dijadikan tempat wisata. Dengan begitu ada dana untuk membiayai
perawatan atau perbaikan.
Atau seperti museum Bank Indonesia yang kini sering dijadikan
tempat resepsi pernikahan. Namun harus diketahui, pemanfaatan cagar budaya
harus dilakukan dengan aturan yang ketat.
Kita sebagai masyarakat jangan membebani semuanya pada pemerintah.
Dengan mengunjungi cagar budaya dan bersikap tertib (tidak mencoret, memainkan bahkan
mencuri objek cagar budaya) dan menjaga kebersihan pasti warisan bangsa bisa
terawat.
Sebagai netizen yang sering membutuhkan liburan, kita nggak perlu
menghayal untuk menikmati suasana baru di luar pulau bahkan luar negeri sampai
memaksakan diri. Dengan mengunjungi museum, kita bisa merasa ke masa lampau.
Biaya masuk murah, dapat informasi tentang nenek moyang, bisa
foto di tempat unik… nikmat apa yang kau dustakan?
Walau sudah bayar tiket, bukan berarti kita boleh semena-mena.
Cagar budaya punya nilai sejarah, pendidikan, agama, juga kebudayaan makanya
dilestarikan. Melihat secara langsung peninggalan masa lalu itu asyik, apalagi
kalau tahu sejarahnya.
Seperti kayu yang digunakan jadi tempat duduk di museum 100 pintu
ini. Saya sempat dengar seorang tour guide bilang, usia kayunya lebih dari 100
tahun dan bisa dilihat, masih kokoh!
lokasi Lawang Sewu |
Rawat cagar budaya agar eksistensi mereka langgeng dan bisa
dilihat dan dipelajari generasi mendatang! Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalian punya tips untuk melestarikan cagar budaya? Yuk ikutan lomba blog ini!
Add caption |
Semoga postingan ini bermanfaat dan informatif!
8 komentar
Candi, utamanya Borobudur tuh salah satu arsitektur megah tidak hanya pada jamannya jg hngga sekarang. Banyak bisa dipelajari darinya. Kalo sampe tidak terurus betapa ruginya kita
BalasHapusSetuju mas! Selain kemegahannya, keindahan alam di sekitar Borobudur juga harus dijaga
Hapussetuju banget , jangan sampai rusak, sayang banget. suka sebel sama orang yang gak bisa jaga
BalasHapusIya, bayangin kalau ada yg main-main di properti kita pasti sebel. Apalagi kalau main di cagar budaya yang punya nilai sejarah+budaya+agama
HapusBnr banget sih mbak traveling g harus mahal, sebelum merit dulu aku suka aja dtg2 ke museum yg ada di jkt, selain HTMnya terjangkau, malah kadang gratis, nambah pengetahuan juga
BalasHapusSemenjak ga di Jakarta aku jadi jarang ke museum hiks
HapusJadi pengen ke Borobudur lagi, menyimak lagi sejarah dari mahakarya itu. Harus dirawat nih oleh semua masyarakat, bukan hanya pemerintah aja.
BalasHapusIya, ga bisa maksimal kalo masih banyak yg iseng coret-coret, duduk-duduk di cagar budaya
HapusJangan pake link ya, terimakasih!